Kamis, 19 April 2012

LAHAN STRUKTURAL


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

          Bentuk lahan ini terbentuk oleh adanya tenaga endogen sebagai akibat proses tektonik (orogenesis dan epirogenesis), yang menghasilkan struktur, lipatan, dan patahan, dengan berbagai perkembangannya. Perkembangan struktur lipatan dan patahan tersebut, akan menghasilkan bentuk lahan structural.

Pengertian
          Bentuk lahan structural yaitu bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh geologis yang sangat kuat, struktur, lapisan, lipatan dan patahan.

Proses-Proses Terjadinya Bentuk Lahan

Hal yang paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada. Biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yaitu proses tektonik yang mengakibatkan adanya pengangkatan, patahan, dan lipatan, yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas.
Bentuk relief ini adalah bentang alam yang pembentukkannya dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan.
Struktur geologi akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian.
Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan disintegrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan atau slump).Kenampakan yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang alam structural

Pola pengaliran. Variasinya biasanya dikontrol oleh variasi struktur geologi dan litologi pada daerah tersebut. kelurusan-kelurusan (lineament) dari punggungan (ridge), puncak bukit, lembah, lereng dan lain-lain.Bentuk – bentuk bukit, lembah dll.
Perubahan aliran sungai, misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh struktur kekar, sesar atau lipatan. Macam-macam Bentang Alam Struktural adalah : Bentang Alam dengan Struktur Mendatar (Lapisan Horizontal) Dataran rendah, adalah dataran yang memiliki elevasi antara 0 – 500 kaki dari muka air laut. Dataran tinggi (plateau), adalah dataran yang menempati elevasi lebih dari 500 kaki di atas muka air laut, berlereng sangat landai atau datar berkedudukan lebih tinggi daripada bentanglahan di sekitarnya Bentang Alam dengan Struktur Miring  Cuesta, kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri dengan sudut lereng yang searah perlapisan batuan kurang dari 30o (Tjia, 1987). Hogback : sudut antara kedua sisinya relatif sama, dengan sudut lereng yang searah perlapisan batuan lebih dari 30o (Tjia, 1987). Hogback memiliki kelerengan scarp slope dan dip slope yang hampir sama sehingga terlihat simetri.
 Bentang Alam Dengan Struktur Lipatan Lipatan terjadi karena adanya lapisan kulit bumi yang mengalami gaya kompresi (gaya tekan). Pada suatu lipatan yang sederhana, bagian punggungan disebut dengan antiklin, sedangkan bagian lembah disebut dengan sinklin. Struktur antiklin dan sinklin menunjak. Struktur ini merupakan kelanjutan atau perkembangan dari pegunungan lipatan satu arah (cuesta dan hogback) dan dua arah (sinklin dan antiklin). Bila tiga fore slope saling berhadapan maka disebut sebagai lembah antiklin menunjam. Sedangkan bila tiga back slope saling berhadapan maka disebut sebagai lembah sinklin menunjam Kubah Bentang alam ini mempunyai ciri-ciri kenampakan sebagai berikut :
Kedudukan lapisan miring ke arah luar (fore slope ke arah dalam).
Mempunyai pola kontur tertutup. Pola penyaluran radier dan berupa bukit cembung pada stadia muda.  Pada stadia dewasa berbentuk lembah kubah dengan pola penyaluran annular.
Cekungan Bentang alam ini mempunyai kenampakan sebagai berikut :
Kedudukan lapisan miring ke dalam (back slope ke arah dalam).
Mempunyai pola kontur tertutup. Pada stadia muda pola penyalurannya annular.
Bentang Alam dengan Struktur Patahan Patahan (sesar) terjadi akibat adanya gaya tekan yang bekerja pada kulit bumi, sehingga mengakibatkan adanya pergeseran letak kedudukan lapisan batuan. Ada 3 jenis sesar (berdasarkan arah gerak relatifnya ), yaitu sesar geser, sesar naik dan sesar turun.
Secara umum bentang alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk menentukan jenis patahannya secara langsung. Ciri umum dari kenampakan morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu :beda tinggi yang relatif menyolok pada daerah yang sempit. resisitensi terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi/elevasi yang hampir Mempunyai sama.
Adanya kenampakan dataran / depresi yang sempit memanjang.
Dijumpai sistem gawir yang lurus (pola kontur yang panjang lurus dan rapat).
Adanya batas yang curam antara perbukitan / pegunungan dengan dataran yang rendah.
Adanya kelurusan sungai melalui zona patahan, dan membelok dengan tiba-tiba dan menyimpang dari arah umum.
Struktur geologi sangat erat hubungannya dengan bentuk lahan, salah satunya adalah patahan (fault) yang termasuk dalam kajian struktur geologi yang paling mudah di identifikasi karena terlihat secara jelas yaitu terjadinya retakan yang mengakibatkan pergeseran pada batuan yang dimana salah satu sisi bergerak relatif terhadap sisi lainnya.
Proses geomorfologi yang terjadi seperti longsor, erosi, aktivitas vulkanisme dll yang menyebabkan bentuk lahan yang dilihat sekarang berbeda dengan bentuk lahan terdahulu seperti yang terjadi pada batuan gamping yang bersifat basa dengan kadar yang tinggi sehingga mudah membentuk lubang akibat dari air hujan yang netral berubah menjadi asam ketika bertemu dengan basa yang berkadar tinggi yang disebut dengan luweng.
Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh angin, air, atau es. Erosi dapat terjadi karena sebab alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia, penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal. Erosi yang disebabkan oleh aktivitas manusia umumnya disebabkan oleh adanya penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan.
Perubahan – perubahan iklim didunia akan menyebabkan perbedaan proses geomorfik yang berbeda dikarenakan iklim adalah hal yang sangat mempengaruhi setiap proses yang terjadi dialam ini seperti batu yang melapuk akibat cuaca yang berganti dari dingin kepanas dengan sangat drastis begitu juga dengan bumi yang tersusun bermacam-macam komposisinya.
Bentukan lahan asal proses fluvial merupakan bentuklahan yang diakibatkan karena adanya proses aliran air permukaan. Pada lokasi penelitian mempunyai karakteristik yang unik hal ini dilihat dari sistem sungai yang terbentuk pada dominan topografi berbukit, jenis sungai mempunyai jenis dendritik dan rektangular dengan erosi dan sedimentasi yang intensif. Bentukan lahan proses fluvial pada daerah ini meliputi gosong sungai, sungai meander, sungai teranyam, point bar dan pothole, dataran banjir, serta dataran aluvial. Adanya hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan sebagian besar akan menjadi aliran permukaan akibat dari kondisi permukaan yang mempunyai kandungan tanah tipis, jenis lempung serta terdapat banyaknya singkapan. Lokasi dengan topografi sebagian besar berbukit nilai aliran permukaan sangat tinggi sehingga proses erosi, transportasi dan deposisi terjadi dengan cepat. Aliran permukaan yang masuk pada sistem sungai akan menggerus batuan/permukaan yang lunak, dan apabila terdapat dinding/permukaan sungai yang keras akan terjadi pembelokan arah dan sungai menjadi meandering, dalam bentukan tersebut akan disertai juga dengan pembentukan pothole dan point bar, dengan berangsurnya waktu dan proses masih yang intensif terjadi cut-off pada lengkungan sungai.

BAB II
MACAM-MACAM BENTUK LAHAN

1. Plato
Dataran tinggi (disebut juga plateau atau plato) adalah dataran yang terletak pada ketinggian di atas 200 m . Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil erosi dan sedimentasi. Wilayah tinggi yang relative datar sebagi hasil proses angkatan mendatar, dan paling tidak pada salah satu sisinya dibatasi oleh lereng terjal kearah bawah atau gawir.
2. Mesa
Bukit atau gunung terisolir berbentuk meja, merupakan sisa denudasi dengan lapisan batuan datar yang keras sebagai penutupnya dan dengan ukuran yang lebih kecil dan kurang teroreh dibandingkan dengan plateau. Posisinya didepan plateau (bila plateaunya ada).
3. Bute
          Mesa yang tererosi lebih lanjut sehingga bagian punggung yang mendatar tinggal sedikit (kecil), bagian lereng tererosi lebih dominan
4. Hogback
Bentuk landform karena proses angkatan atau lipatan dan patahan, merupakan perbukitan dan atau pegunungan, terbentuk karena adanya pemiringan (dipping) yang curam, umumnya lebih dari 35%, dan disertai dengan terjadinya patahan sehingga terbentuk gawir pada lereng belakangnya.
5. Cuesta
           Pertemuan dua permukaan yang melereng dibentuk oleh dengan landai memiringkan sedimentary batu strata di homoclinal struktur.  cuesta punya landaian terjal, dimana lapisan batu diekspos di tepi mereka, memanggil tebing curam atau, jika banyak terjal, tebing curam. biasanya erosion-resistant lapis batu juga punya banyak landaian di sebelah lain pertemuan dua permukaan yang melereng memanggil 'mencelupkan landaian'. antiklinal di dalam muka lereng lebih curam dan bagian luar mengikis sinclinaL

BAB III
KESIMPULAN
                                                                    
Bentuk lahan struktural ini terbentuk oleh adanya tenaga endogen sebagai akibat proses tektonik (orogenesis dan epirogenesis), yang menghasilkan struktur, lipatan, dan patahan, dengan berbagai perkembangannya. Bentuk lahan structural yaitu bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh geologis yang sangat kuat, struktur, lapisan, lipatan dan patahan. Proses terjadinya bentuk lahan berdasarkan Proses geomorfologi, erosi, geomorfik, iklim, dan proses fluvial. Beberapa macam bentuk lahan adalah Plateau, mesa, bute, hogback, dan cuesta.
Masing-masing dari lahan structural tersebut memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan factor pemicu terbentuknya lahan-lahan tersebut. Sebagai contoh adalah lahan Hogback, lahan ini terbentuk karena proses angkatan atau lipatan dan patahan, merupakan perbukitan dan atau pegunungan, terbentuk karena adanya pemiringan (dipping) yang curam, umumnya lebih dari 35%, dan disertai dengan terjadinya patahan sehingga terbentuk gawir pada lereng belakangnya. Lain halnya dengan dataran tinggi plato atau plateu yang terbentuk karena adanya proses erosi ataupun sedimentasi.






2 komentar:

Posting Komentar