Selama
sejarah perkembangan Geografi, dikenal dua objek kajian utama, yaitu:
Geografi Fisik, yang mendasarkan pada objek bentang alami (natural
landscape) dengan penekanan pada bentuklahan (landform), dan Geografi
Sosial, yang mendasarkan kepada objek bentang budaya (cultural
landscape).
Dalam
Geografi, dikaji fenomena geosfer melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu:
(a) pendekatan keruangan, (b) ekologi, dan (c) kompleks wilayah.
Fenomena geosfer merupakan hasil dari interaksi faktor alam dan faktor
manusia. Kenampakan fenomena geosfer pada hakekatnya ada 3 (tiga) paham
utama, yaitu: (a) deterministik (faktor alam mempengaruhi kondisi
manusia), (b) posibilistik (faktor manusia mempengaruhi alam), dan (c)
probabilistik (faktor alam dan manusia sama-sama memberikan kemungkinan
terbentuknya fenomena geosfer).
konsep dasar geomorfologi
konsep dasar geomorfologi
Konsep
dasar yang diuraikan dalam sub bab ini bersumber dari tulisan Thornbury
(1954) yang akan disertai beberapa contoh kejadian atau fenomena yang
terdapat di Indonesia. Konsep dasar ini dapat memberikan petunjuk pada
kita tentang faktor-faktor pendukung dalam menginterpretasi
bentanglahan. Konsep dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Proses-proses fisikal yang sama dan hukum-hukumnya yang bekerja sama sekarang, telah bekerja sepanjang masa geologi, meskipun dengan intensitas yang tidak sama dengan saat sekarang.
Contoh : pembentukan topografi karst di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dicirikan oleh sungai bawah tanah, dan proses pembentukan stalakmit dan stalaktit, yang masih aktif aktif hingga sekarang.
1. Proses-proses fisikal yang sama dan hukum-hukumnya yang bekerja sama sekarang, telah bekerja sepanjang masa geologi, meskipun dengan intensitas yang tidak sama dengan saat sekarang.
Contoh : pembentukan topografi karst di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dicirikan oleh sungai bawah tanah, dan proses pembentukan stalakmit dan stalaktit, yang masih aktif aktif hingga sekarang.
2. Struktur geologi merupakan faktor kontrol dominan terhadap bentuk evolusi bentuklahan dan tercermin pada bentuklahannya.
Contoh
: gawir sesar di pegunungan Batur Agung DIY dan Jawa Tengah yang
tersusun oleh breksi vulkanik dan batu gamping menunjukan bentuklahan
yang tegas. Jenis batuan tersebut mungkin akan resisten terhadap suatu
proses yang lain, akan tetapi di bawah pengaruh kondisi iklim yang
berbeda-beda akan memberikan perbedaan tingkat resistensinya. Batu
gamping pada daerah iklim tropis basah akan membentuk topografi karst,
sedangkan pada daerah kering batu gamping resisten seperti batu pasir.
3.
Pada batas-batas tertentu permukaan bumi memiliki relief (timbulan),
karena kerja proses geomorfik mempunyai kecepatan yang berbeda-beda.
Contoh : daerah yang mempunyai struktur dan litologi yang sama, daerah tersebut akan menunjukan perbedaan relief yang nyata.
4.
Proses-proses geomorfik itu akan meninggalkan bekas yang nyata pada
bentuklahan dan setiap proses geomorfik berkembang sesuai dengan
karakteristik bentuklahan itu sendiri.
Contoh : di daerah Adipala, Cilacap, Jawa Tengah, terdapat danau tapal kuda (oxbow lake) dari Sungai Serayu Lama, yang kemudian di sekitarnya diketemukan bentuklahan asosiasinya.
5. Oleh karena tenaga erosional yang bekerja dipermukaan bumi itu berbeda-beda maka akan terjadi suatu tingkatan perkembangan dari bentuklahan.
Contoh : di daerah Adipala, Cilacap, Jawa Tengah, terdapat danau tapal kuda (oxbow lake) dari Sungai Serayu Lama, yang kemudian di sekitarnya diketemukan bentuklahan asosiasinya.
5. Oleh karena tenaga erosional yang bekerja dipermukaan bumi itu berbeda-beda maka akan terjadi suatu tingkatan perkembangan dari bentuklahan.
Contoh
: konsep ini dapat menunjukan tingkat erosi, sehingga dapat digunakan
sebagai dasar untuk klasifikasi bentuklahan suatu daerah.
6. Evolusi geomorfik yang kompleks itu lebih umum terjadi dibandingkan yang terjadi secara sederhana.
Contoh : banyak kenampakan bentuklahan individual yang terbentuk oleh beberapa proses geomorfologi, dan sangat jarang ditemukan bentuklahan yang dicirikan oleh suatu proses geomorfik saja, meskipun kita dapat menunjukan suatu proses yang dominan.
7. Topografi muka bumi kebanyakan tidak lebih tua daripada kala pleistosen dan sedikit saja yang lebih tua dari pada zaman tertier.
Contoh : banyak kenampakan bentuklahan individual yang terbentuk oleh beberapa proses geomorfologi, dan sangat jarang ditemukan bentuklahan yang dicirikan oleh suatu proses geomorfik saja, meskipun kita dapat menunjukan suatu proses yang dominan.
7. Topografi muka bumi kebanyakan tidak lebih tua daripada kala pleistosen dan sedikit saja yang lebih tua dari pada zaman tertier.
Contoh
: Pegunungan Himalaya kemungkinan terlipat pertama kali pada kala
kreataseous, kemudian pada kala erosen dan miosen. Kenampakan topografi
dari Pegunungan Himalaya yang sekarang terbentuk pada kala pliosen dan
topografinya yang lebih detil terbentuk pada kala pleistosen atau lebih
muda.
8.
Interpretasi yang tepat terhadap bentanglahan masa kini tidak
dimungkinkan tanpa penilaian yang mendalam tentang pengaruh perubahan
geologi dan klimatologis yang berulang kali terjadi pada masa
pleistosen.
9. Pengetahuan tentang iklim dunia perlu untuk memahami arti penting keanekaragaman proses geomorfik.
10. Geomorfologi meskipun lebih menekankan pada bentanglahan saat sekarang, akan memperoleh manfaat yang maksimum apabila disertai dengan pendekatan historis.
pengertian bentanglahan
10. Geomorfologi meskipun lebih menekankan pada bentanglahan saat sekarang, akan memperoleh manfaat yang maksimum apabila disertai dengan pendekatan historis.
pengertian bentanglahan
Istilah
bentanglahan berasal dari kata landscape (Inggris), atau landscap
(Belanda) dan landschaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan.
Arti pemandangan mengandung 2 (dua) aspek, yaitu: (a) aspek visual dan
(b) aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 /
Widiyanto dkk, 2006). Ada beberapa penulis yang memberikan pengertian
mengenai bentanglahan, antara lain:
1.
Bentanglahan merupakan gabungan dari bentuklahan (landform).
Bentuklahan merupakan kenampakan tunggal, seperti sebuah bukit atau
lembah sungai. Kombinasi dari kenampakan tersebut membentuk suatu
bentanglahan, seperti daerah perbukitan yang baik bentuk maupun
ukurannya bervariasi / berbeda-beda, dengan aliran air sungai di
sela-selanya (Tuttle, 1975).
2. Bentanglahan ialah sebagian ruang permukaan bumi yang terdiri atas sistem-sistem, yang dibentuk oleh interaksi dan interpen-densi antara bentuklahan, batuan, bahan pelapukan batuan, tanah, air, udara, tetumbuhan, hewan, laut tepi pantai, energi dan manusia dengan segala aktivitasnya, yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan (Surastopo, 1982).
3. Bentanglahan merupakan bentangan permukaan bumi dengan seluruh fenomenanya, yang mencakup: bentuklahan, tanah, vegetasi, dan atribut-atribut lain, yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia (Vink, 1983).
2. Bentanglahan ialah sebagian ruang permukaan bumi yang terdiri atas sistem-sistem, yang dibentuk oleh interaksi dan interpen-densi antara bentuklahan, batuan, bahan pelapukan batuan, tanah, air, udara, tetumbuhan, hewan, laut tepi pantai, energi dan manusia dengan segala aktivitasnya, yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan (Surastopo, 1982).
3. Bentanglahan merupakan bentangan permukaan bumi dengan seluruh fenomenanya, yang mencakup: bentuklahan, tanah, vegetasi, dan atribut-atribut lain, yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia (Vink, 1983).
Berdasarkan
pengertian bentanglahan tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat 8
(delapan) unsur penyusun bentanglahan, yaitu: udara, batuan, tanah,
air, bentuklahan, flora, fauna, dan manusia, dengan segala aktivitasnya.
Kedelapan unsur bentanglahan tersebut merupakan faktor-faktor penentu
terbentuknya bentanglahan, yang terdiri atas: faktor geomorfik (G),
litologik (L), edafik (E), klimatik (K), hidrologik (H), oseanik (O),
biotik (B), dan faktor antropogenik (A). Dengan demikian, berdasarkan
faktor-faktor pembentuknya, bentanglahan (Ls) dapat dirumuskan :
Ls = f (G, L, E, K, H, O, B, A)
Keterangan :
Ls : bentanglahan
G : geomorfik
L : litologik
E : edafik
K : klimatik
H : hidrologik
O : oseanik
B : biotic
A : antropogenik
Dikaitkan
dengan konsep pada Bab 1, maka bentanglahan mencakup 2 (dua) aspek
kajian penting, yaitu: (a) bentang alami dengan inti kajian bentuklahan,
dan (b) bentang budaya dengan inti kajian manusia dengan segala
perilakunya terhadap lahan.
Bentanglahan
sebagai inti kajian bentang alami. Menurut Tuttle (1975), bentanglahan
atau landscape merupakan kombinasi atau gabungan dari bentuklahan.
Mengacu pada definisi bentanglahan tersebut, maka dapat dimengerti bahwa
unit analisis yang yang sesuai adalah unit bentuklahan. Oleh karena
itu, untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bentanglahan selalu
mendasarkan pada kerangka kerja bentuklahan (landform).
Bentuklahan
adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas,
akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada
material batuan, dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu.
Berdasarkan pengertian ini, faktor-faktor penentu bentuklahan (Lf) dapat
dirumuskan:
Lf: f (T, P, S, M, K)
Dengan keterangan:
T : topografi
P : proses alam
S : struktur geologi
M : material batuan
K : ruang dan waktu kronologis
Oleh
karena untuk menganalisis bentanglahan lebih sesuai dengan didasarkan
pada bentuklahan, maka klasifikasi bentanglahan juga akan lebih sesuai
jika didasarkan pada unit-unit bentuklahan penyusunnya. Verstappen
(1983) telah mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan genesisnya
menjadi 10 (sepuluh) macam bentuklahan asal proses, yaitu:
1.
Bentuklahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan
ini antara lain: kerucut gunungapi, madan lava, kawah, dan kaldera.
2.
Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis.
Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan
contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural.
3.
Bentuklahan asal fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa
belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan
bentuklahan ini.
4.
Bentuklahan asal proses solusional (S), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah
larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut,
doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh
bentuklahan ini.
5.
Bentuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok besar
satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor
dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: bukit sisa, lembah
sungai, peneplain, dan lahan rusak.
6.
Bentuklahan asal proses eolin (E), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan
ini antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang,
lidah, dan transversal.
7.
Bentuklahan asal proses marine (M), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus,
dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik pantai
(beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge).
Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka
seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses
fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine.
Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio
marine ini antara lain delta dan estuari.
8.
Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh
satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan morine.
9.
Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora
dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah mangrove dan terumbu
karang.
10.
Bentuklahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan
pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses
antropogenik.
Kunci pemahaman bentanglahan.
Proses
terbentuknya bentanglahan, baik bentang lahan alami maupun bentang
budaya, dapat diterangkan berdasar 3 komponen, yaitu: (a) komponen
lingkungan alam, (b) lingkungan sosial, dan (c) ideologi. 2 (dua)
komponen utama dapat diamati oleh panca indera, sehingga dapat
memunculkan suatu kenampakan, sedangkan komponen ideologi lebih
berkaitan dengan akal dan hati yang tidak terlihat secara kasat mata.
Masing-masing
komponen memiliki sub komponen. Sebagai contoh pada komponen lingkungan
alami terdapat sub komponen: relief, batuan, air, dan iklim yang saling
berinteraksi. Interaksi ini disebut dengan interaksi horisontal, yang
akan menciptakan kenampakan bentang tersendiri. Selain itu juga terdapat
interaksi vertikal, yaitu interaksi yang terjadi antara komponen yang
saling mempengaruhi, misalnya antara lingkungan alam dan lingkungan
sosial. Tiga komponen tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya dan
tidak dapat dipisahkan.
Identifikasi Satuan Bentuk Lahan Marin
Pengaruh
proses marin berlangsung intensif pada daerah pantai pesisir, khususnya
pada garis pantai di wilayah pesisir tersebut, bahkan ada diantaranya
yang sampai puluhan kilometer masuk ke pedalaman. Selain itu, berbagai
proses lain seperti proses tektonik pada masa lalu, erupsi gunung api,
perubahan muka air laut, dan lain – lain sangat besar pengaruhnya
terhadap kondisi medan pantai dan pesisir beserta karakteristik lainnya.
Adakalanya proses marin di kawasan ini berkombinasi dengan proses angin
(aeolin). Medan yang terbentuk dari kombinasi dus proses ini bersifat
spesifik.
Berbagai
proses berlangsung di daerah pantai dan pesisir, yang tenaganya berasal
dari ombak, arus, pasang surut, tenaga tektonik, menurunnya permukaan
air laut maupun lainnya. Proses ini berpengaruh terhadap medan dan
karakteristikya, serta mempengaruhi perkembangan wilayah pantai maupun
pesisir tersebut. Secara garis besar perkembangan pantai atau pesisir
secara alami dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Perkembangan
daratan dan 2. Penyusutan daratan.
Daerah
pantai merupakan daerah yang masih terkena pengaruh dari aktifitas
marin. Berdasarkan morfologinya, daerah pantai dapat dibedakan ke dalam
empat kelompok,yaitu:
1. Daerah Pantai Bertebing Terjal
Pantai
bertebing terjal di daerah tropik basah pada umumnya menunjukkan
kenampakan yang mirip dengan lereng dan lembah pengikisandi daerah
pedalaman. Aktifitas pasang-surut dan gelombang mengikis bagian tebing
ini sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti: tebing (cliff),
tebing bergantung (notch), rataan gelombang (platform), dan bentuk
lainnya.
2. Daerah Pantai Bergisik
Endapan
pasir yang berada di daerah pantai pada umumnya memiliki lereng landai.
Kebanyakan pasirnya berasal dari daerah pedalaman yang tersangkut oleh
aliran sungai, kemudian terbawa arus laut sepanjang pantai, dan
selanjutnya dihempas gelombang ke darat. Sesuai dengan tenaga
pengangkutnya, maka ukuran butir akan lebih kasar di dekat muara sungai
dan berangsur-angsur semakin halus apabila semakin menjauhi muara. Pasir
yang berasal dari bhan – bahna volkanik pada umumnya berwarna
gelap(hitam atau kelabu) sedangkan yang berasal dari koral atau batu
gamping berwarna kuning atau putih. Daerah bagian belakang dari pantai
bergisik kebanyakan memiliki beting (=ridges) yang umumnya terdiri dari
beberapa jalur. Cirri ini menandakan daerah pantai yang tumbuh dan garis
pantainya relative lurus.
3. Daerah Pantai Berawa Payau
Rawa
payau juga mencirikan daerah pesisir yang tumbuh. Proses sedimentasi
merupakan penyebab bertambahnya daratan pada medan ini. Material
penyusun umumnya berbutir halus dan medan ini berkembang pada lokasi
yang gelombangnya kecil atau terhalang, pada pantai yang relative
dangkal. Medan ini sangat datar dan tergenang pada saat air laut pasang.
4. Terumbu Karang
Terumbu
karang terbentuk oleh aktifitas binatang karang dan jasad renik
lainnya. Menurut Bird dan Ongkosongo (1980) karang dapat tumbuh dan
berkembang biak pada kondisi sebagai berikut:
Air jernihü
Suhu tidak pernah kurang dari 18ºCü
Kadar garam antara 27 s.d. 38 ppt(bagian per seribu)ü
Proses
tektonik sering berpengaruh pula terhadap pertumbuhan terumbu karang.
Cincin karang (atol) merupakan hasil kombinasi proses aktifitas binatang
karang dengan proses tektonik yang berupa terban (subsidence).
Pada
pulau karang yang terangkat dan muncul ke permukaan umumnya terdapat
endapan puing dan pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butir puing dan
pasir lebih kasar ke arah datangnya ombak yang lebih besar dan pasir
atau lebih halus kea rah membelakangi ombak.
Bagian ini kadang-kadang berselang-seling dengan lagun yang dangkal. Pada lagun ini kadang-kadang tumbuh mangrove.
Pantai Balaikambang merupakan salah satu tempat wisata favorit di Malang tepatnya di Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang
Malang
Selatan/Bantur. Dengan kondisi alam yang bersih, Balaikambang sesuai
untuk tempat wisata keluarga. Terkadang, di tempat ini juga dipergunakan
ritual agama Hindu atau Budha, misalnya pada hari raya Nyepi.Duduk di
tepi pantainya pun nyaman karena banyak terdapat pohon Ketapang besar.
Di sini pun ada dua pulau karang kecil, salah satunya Pulau Ismaya yang
memiliki pura. Saat melihatnya, serasa berada di Tanah Lot, Bali. Pulau
ini bisa diakses dari daratan utama berkat adanya jembatan beton.
Bentuk lahan Asal Proses Marin
Perbedaan utama untuk kenampakan bentukan dalam klas ini adalah
antara pantai yang berbatu, bila terdapat tebing laut dan permukaan
abrasi dengan pantai dataran rendah yang dijumpai bukit-bukit pantai dan
swale atau denganpantai penghalang bar atau laguna. Pada zone yang
berdelta, bentuk-bentuk marin berhubungan dengan bentuk-bentuk fluvial.
Perubahan garis pantai yang berasal dari penimbunan dan abrasi dapat
dipelajari dengan baik melalui interpretasi foto udara.
Proses yang terjadi di daerah pantai, seperti pengendapan dari daratan
dan laut, arus laut, ombak/gelombang, tektonik dan sebagainya
menyebabkan perubahan pantai dan bentuk pantai yang berbeda-beda.
Asosiasi alami bahwa pantai selalu terletak di bagian tepi dari
kontinental. Secara umum material penyusunnya berupa pasir dengan segala
ukuran tergantung sumber material sekitar dengan struktur horisontal,
rona cerah, tekstur halus dan pola teratur-seragam. Vegetasi jarang
sebatas mintakat pantai seperti pandanus, bakau dan beberapa jenis
lainnya, permukiman jarang kecuali telah dimanfaatkan untuk kawasan
pariwisata, relief datar dan proses utama adalah pengendapan membentuk
bentukan-bentukan khas pantai seperti swale, laguna, bar, bukit pantai
dan dataran aluvial pantai (coastal aluvial plain). Beberapa bentang alam pantai antara lain :
· Dataran abrasi (Mda), yaitu suatu dataran hasil erosi gelombang laut yang menghancurkan dinding pantai;
· Split (Msp), yaitu endapan pantai dengan suatu bagian tergabung dengan daratan dan bagian lainnya menjorok ke laut;
· Tombolo (Mtb), yaitu suatau endapan tipis yang menghubungkan suatu pulau dengan daratan utama;
· Bars (Mbr), yaitu hampir sama dengan split, tetapi bars menghubungkan “headland” satu dengan lainnya yang biasa terbentuk di muara sungai. Apabila di belakang bars terakumulasi endapan lanau (silt), maka akan terbentuk “mud flats”;
· Beach (Mbc), yaitu dataran pantai yang tersusun oleh endapan pasir dan kerikil; dan
Gumuk
pasir pantai yang terbentuk pada pantai berpasir dengan aktivitas angin
yang kuat membentuk bukit-bukit pasir di depan pantai (biasanya
dimasukkan sebagai hasil proses angin).
Bentang Lahan Asal Marin
Geomorfologi
asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai.
Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh
kedalaman laut. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah
terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan
memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai. Selain
dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah
pantai juga dipengaruhi oleh:
1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai tersebut.
3.
Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang
disebabkan oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin,
air, es, gelombang, dan arus laut.
4.
Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan
bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga
vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada di laut.
Di
Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat
wisata yang notabene dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah.
Apabila masyarakat mengetahui bahwa garis pantai bisa mengalami
perubahan, maka akan muncul pemikiran-pemikiran agar pantai tersebut
tetap bisa dinikmati keindahannya meskipun sudah mengalami perubahan.
A. PENGERTIAN DAERAH PANTAI
Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat dibedakan menjadi beberapa pengertian, yaitu:
1. Pantai (Shore)Shore adalah daerah peralihan antara permukaan air tertinggi dan terendah.
Keterangan: a = permukaan air tertinggi
b = permukaan air terendah
c = shore (pantai)
2. Garis Pantai (Shoreline)
Shoreline
adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air. Garis
batas ini selalu berubah-ubah sesuai dengan permukaan air laut. Garis
pantai tertinggi terjadi pada saat terjadi pasang naik
setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai terendah terjadi pada saat
terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
3. Pantai Depan (Foreshore)
Foreshore
adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara
garis pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
4. Pantai Belakang (Backshore)
Backshore
adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan
(foreshore) dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya
akan tergenang air apabila terjadi gelombang pasang yang besar. Dengan
demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi gelombang pasang
yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat
pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.
5. Pesisir (Coast) dan Garis Pesisir (Coastline)
Coast
adalah daerah pantai yang tidak menentu dan cenderung meluas ke
daratan. Sedangkan coastline adalah garis batas laut yang tetap dari
pesisir. Daerah pesisir ini mempunyai kemiringan lereng yang landai
dengan luas yang tidak begitu besar pada daerah tepi pantai yang
sebagian besar merupakan daerah pantai terjal.
6. Endapan Pantai (Beaches)
Beaches
merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai. Menurut
tempat terjadinya, beaches ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
yaitu:
a. Endapan bawah pantai depan (lower forest beach), merupakan jenis endapan yang terdapat di bagian bawah pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari kegiatan gelombang dan arus litoral.
b. Endapan atas pantai depan (upper foresher beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada bagian atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil kegiatan gelombang.
c. Endapan pantai belakang (backshore beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada pantai belakang yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari hasil kegiatan gelombang yang besar, aliran air dari gelombang pasang naik setinggi-tingginya, angin, serta aliran sungai yang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut.
a. Endapan bawah pantai depan (lower forest beach), merupakan jenis endapan yang terdapat di bagian bawah pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari kegiatan gelombang dan arus litoral.
b. Endapan atas pantai depan (upper foresher beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada bagian atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil kegiatan gelombang.
c. Endapan pantai belakang (backshore beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada pantai belakang yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari hasil kegiatan gelombang yang besar, aliran air dari gelombang pasang naik setinggi-tingginya, angin, serta aliran sungai yang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut.
B. KLASIFIKASI PANTAI
Antara
pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan.
Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan
oleh kegiatan gelombang dan arus laut. Menurut Johnson, pantai dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
1. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline
of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan
air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami
penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh
di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut
mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya.
Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman
pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat
besar. Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat
penenggelaman daratan. Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah
tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat
mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di
daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a. Lembah sungai yang tenggelam
Pada
umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan
pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami
penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi
dan struktur batuannya.
b. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam
Fjords
merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong.
Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan
es. Ciri khas dari bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang,
sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan
kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk
apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan
ini banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana
daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili,
Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c. Bentuk pengendapan sungai
Bentuk
pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta,
yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke
arah laut; (2) Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan
kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami banjir; (3) Kipas
alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya
terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila
dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.
d. Bentuk pengendapan glacial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
e. Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk
kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang
patahan), fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli),
graben (terban), dan hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault
scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan langsung menjadi
pantai.
f. Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api
Jenis
pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis
(mound), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2)
Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava flow), yang menyebabkan
terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
2. Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)
Pantai
ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan
permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari
gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
a.
Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat.Di
daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak
(arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
b. Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras
gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat
di mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan
air.
c. Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.
d. Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
e. Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi
gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan
bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi
datar. Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami
pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.
3. Pantai yang Netral (Neutral shoreline)
Jenis
pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan,
misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang,
gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil
dari sesar (patahan).
4. Pantai Majemuk (Compound shorelines)
Jenis
pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas.
Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman,
pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya.
C. TOPOGRAFI PANTAI
Erosi
gelombang sangat mempengaruhi terjadinya garis pantai. Banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya erosi gelombang, misalnya ukuran dan
kekuatan gelombang, kemiringan lereng dan ketinggian garis pantainya,
komposisi batuannya, kedalaman airnya, serta lamanya proses tersebut
berlangsung.
Apabila
gelombang di laut dalam menghempas pantai yang curam, maka sebagian
besar air akan membalik kembali ke laut dan mengerosi lereng kliff
tersebut dan naik dari permukaan air yang dangkal.
1. Kekuatan Gelombang
Gelombang
pasang yang menghempas pantai merupakan penyebab pengikisan gelombang
secara langsung. Bekas-bekas pengikisan gelombang tersebut menyebabkan
semakin besarnya kekuatan gelombang.
2. Kenampakan Hasil Kerja Gelombang
2. Kenampakan Hasil Kerja Gelombang
Seperti
halnya tenaga pengikis yang lain, tenaga gelombang juga dapat
menyebabkan pengendapan selain menyebabkan pengikisan, sehingga di satu
sisi menebabkan kerusakan pantai dan di sisi yang lain akan menyebabkan
berkembang atau terbentuknya garis pantai.
Ada beberapa kenampakan bentang lahan hasil kegiatan gelombang, yaitu:
Ada beberapa kenampakan bentang lahan hasil kegiatan gelombang, yaitu:
a. Goresan gelombang pantai
Bekas
dari gelomang di pantai akan terlihat jelas apabila struktur batuan
yang menyusun pantai tersebut tidak seragam. Batuan yang mudah tererosi
akan lebih cepat terkikis bila dibandingkan dengan batuan yang resisten.
Kenampakan ini banyak dijumpai pada pantai yang berusia tua.
b. Pantai curam (kliff) dan teras-teras pantai
Apabila
dinding pantai kliff yang tersusun dari jenis batuan yang tidak tahan
erosi dihantam gelombang yang cukup tinggi, maka batuan tersebut tidak
hancur sekaligus. Sebagian material batuan akan menumpuk di bagian bawah
dan dapat mempengaruhi kerja dari gelombang. Apabila tumpukan material
tersebut mengalami pengikisan, maka tanah pantai kliff tersebut akan
mengalami longsor (landslide) secara vertikal sehingga terbentuk
teras-teras gelombang. Lebar teras gelombang itu sendiri tergantung pada
faktor-faktor penyebab erosi gelombangnya. Semakin kuat gelombangnya,
maka teras-teras gelombangnya akan bertambah lebar.
3. Kenampakan Hasil Pengendapan Gelombang
Kenampakan bentang lahan hasil pengendapan gelombang ada beberapa macam, yaitu:
a. Gisik (beach)
Gisik
merupakan suatu bentuk pengendapan yang terjadi di pantai. Gisik
terletak tinggi di atas pantai belakang atau pada posisi lainnya pada
pantai depan. Kadang-kadang gisik ini terlihat seperti jembatan yang
bertingkat-tingkat turun ke arah laut. Material pada gisik ini terdiri
dari kerikil yang bulat-bulat, kerikil yang kasar (gravel), dan pasir.
b. Penampang gisik yang seimbang
Apabila
dalam perkembangannya pantai yang tenggelam mencapai tingkatan gisik
yang lebar dan memencarpada pantai depan, maka akan terjadi keseimbangan
antara tenaga erosi dan pengangkutan yang berasal dari gelombang dari
proses pengendapan arus bawah serta arus pantai yang lain. Apabila
proses penyeimbangan ini terjadi, maka lereng akan terlihat
bertingkat-tingkat sesuai dengan arah arus ke laut. Inilah penampang
melintang pantai yang mengalami keseimbangan. Jenis pantai ini biasanya
berbentuk cembung ke atas dan bertingkat-tingkat ke arah daratan.
c. Gisik puncak (cusped beaches)
Gisik
puncak ini terbentuk akibat kegiatan gelombang. Pada sisi yang mengarah
ke laut dari beberapa gisik terdapat endapan pasir, kerikil, atau
batu-batu besar yang seragam. Di bagian bawah terdapat semacam bukit
kecil yang merupakan puncak gisik yang berbentuk agak cembung.
d. Gosong pasir (offshore bars) atau penghalang (barrier)
Apabila
dataran hasil kegiatan gelombang terbentuk cukup luas dan di daerah ini
terjadi proses sedimentasi yang juga luas, maka gelombang badai yang
cukup besar mampu memecah daratan dan akan membentuk semacam jembatan
yang arahnya sejajar dengan garis pantainya. Endapan yang terlihat
seperti jembatan ini disebut penghalang (barrier), ambang (bar), atau
gosong pasir (offshore bars).
4. Kenampakan Hasil Arus Litoral
Arus
litoral bekerja secara langsung pada permukaan tanah, terutama pada
tanah atau batuan yang lunak dan tidak kompak akan menjadi tenaga
pengikis yang sangat hebat. Hasil dari pengikisan ini akan diendapkan
pada dasar air yang dalam dan hanya sebagian saja yang ikut terbawa oleh
arus. Adapun beberapa bentukan hasil kegiatan arus litoral yaitu:
a. Ujung atau semenanjung (spits)
Arus
litoral yang mencapai permukaan air yang dalam akan kehilangan tenaga
angkutnya sehingga hasil pengikisan yang dibawa akan diendapkan. Apabila
material yang dibawa arus laut semakin banyak, maka tanggulnya
(embankment) akan tumbuh semakin panjang, lebar, dan tinggi. Apabila
bagian luar tanggul ini tererosi oleh gelombang, maka material di
sepanjang lerengnya akan hanyut dan akan membentuk endapan di atas
permukaan air. Apabila material yang diendapkan jumlahnya cukup banyak,
maka pertumbuhan tanggul ini akan mengarah ke laut dalam. Pengendapan
material batuan di laut dalam yang berasal dari pulau atau permukaan
tanah atau daratan yang tinggi ini disebut semenanjung (spits). Bentukan
yang normal dari semenanjung ini sedikit cembung ke arah laut.
b. Ambang yang bersambungan (connecting bars)
Ambang
yang bersambung (connecting bars) ini terbentuk apabila terdapat
semenanjung yang terbentuk pada air yang bergerak cepat yang
menghubungkan pulau-pulau atau tanjung-tanjung. Kadang-kadang juga
digunakan istilah ambang teluk (baybars), yaitu ambang yang terdapat
pada tanjung dan melintang di mulut teluk tersebut. Sedangkan tombolo
menunjukkan ambang yang terangkat bersamaan dengan pulau-pulau yang
mengalami pengangkatan.
c. Semenanjung yang membengkok (hook atau recuryed spits)
Apabila
di laut sering terjadi gelombang badai, maka akan terjadi endapan baru.
Dan apabila pertumbuhan tersebut mengarah ke daratan, seperti kelihatan
menjadi lebih atau kurang tetap, maka akan membentuk semenanjung yang
membengkok (hook atau recurved spits).
d. Putaran (loops)
Kondisi
yang berlawanan dengan terbentuknya semenanjung bengkok, maka akan
terbentuk kenampakan putaran (loops). Apabila arus litoral yang
membentuk semenanjung bengkok menyebabkan bentukan yang mengarah atau
menjorok ke laut, naka bentukan kenampakan putaran ini menjorok ke arah
daratan.
D. DAUR PERKEMBANGAN GARIS PANTAI
1. Daur Perkembangan Garis Pantai yang Tenggelam
Daur
perkembangan garis pantai yang tenggelam ini dapat dipengaruhi oleh
erosi sungai. Gangguan yang terjadi di kulit bumi dan topografi di
sekitar garis pantai dapat mengalami perkembangan besar. Hal ini
tergantung dari keadaan batuannya, bentuk pantainya, kekuatan gelombang
dan arus lautnya, serta tingkat perkembangan atau stadium pantainya.
Stadium atau tingkatan perkembangan garis pantai yang tenggelam itu sendiri dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
Stadium atau tingkatan perkembangan garis pantai yang tenggelam itu sendiri dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a. Stadium dini atau awal (initial stage)
Pada tingkatan permulaan ini, keadaan garis pantai sangat tidak teratur. Teluk-teluknya dalam dan dipisahkan oleh daratan.
b. Stadium muda (youthful stage)
Keadaan
pantai pada stadium ini sama tidak teraturnya dengan keadaan pantai
pada stadium dini. Gelombang akan menjalar dari suatu tempat ke tempat
lain di sepanjang garis pantainya dan mengikuti keadaan litologis atau
struktur batuannya.
Pada
stadium muda awal (early youth) ditandai dengan terdapatnya pantai
curam (cliff) yang sangat terjal, teras-teras gelombang yang sempit di
kaki pantai cliff tersebut, serta endapan pasir. Sedangkan pada stadium
muda akhir (late youth) ditandai dengan terdapatnya gisik yang makin
mengecil ke arah pantai dan jenis endapan berada di tempat yang dalam
airnya.
Gejala
lain dari stadium ini yaitu terbentuknya lagoon yang terbentuk di
belakang dari ambang yang bersambungan dan gosong pasir. Lagoon atau
launa atau tasik itu sendiri yaitu laut kecil yang umumnya terdapat di
tepi pantai dan bentuknya memanjang di sepanjang pantai tersebut dan
terpisah dari laut oleh daratan yang sempit.
c. Stadium dewasa (mature stage)
Pada
stadium ini perkembangan pantai yang tenggelam dengan kenampakan
topografinya yang khas sudah banyak yang hilang. Pulau kecil,
semenanjung, ambang yang bersambung, dan sebagainya dapat hilang atau
berpindah tempat karena pengaruh erosi gelombang. Selain itu pada
stadium ini, pantai cliff akan mengalami pelapukan yang hebat karena
pengaruh cuaca dan kemiringan lerengnya semakin landai. Demikian juga
dengan ketinggian dinding pantai di sekitar teluk yang menjadi semakin
rendah karena pengaruh angin dan sungai. Arus litoral pada stadium ini
dapat menyapu hasil-hasil endapan pantai pada jarak yang sangat jauh.
d. Stadium tua (old stage)
Karena
pengaruh waktu, perkembangan garis pantai akhirnay mencapai usia tua.
Hal ini ditandai oleh semakin melemahnya tenaga erosi yang berasal dari
daratan mendekati permukaan air laut, sehingga material yang dibawa oleh
gelombang dan arus laut banyak diendapkan di sepanjang garis pantai
tersebut. Bentang lahan di daerah ini kelihatan sangat landai sekali dan
merupakan dataran pantai dengan sudut kemiringan lerengnya sangat
rendah atau kecil.
2. Daur Perkembangan Garis Pantai yang Terangkat
Perkembangan
garis pantai yang terangkat dapat dipengaruhi oleh kegiatan gelombang,
arus litoral, dan arus pasang surut. Selain itu, erosi sungai juga dapat
mempengaruhi perkembangan garis pantai yang terangkat tersebut.
Sebelum
terangkat, sungai dapat mengerosi daratan hingga cukup dalam dan
menyebabkan terbentuknya lembah dalam stadium muda hingga stadium
dewasa. Selama dan sepanjang pengangkatan, sungai tersebut mulai
melakukan pengerosian pada lembah baru yang terbentuk di sepanjang
dataran yang terangkat tersebut. Oleh karena itu, lembah sungai yang tua
sampai yang muda dapat terdapat bersama-sama di dekat laut.
Pantai yang terangkat ini dapat dibedakan lagi menjadi beberapa stadium atau tingkatan, yaitu:
a. Stadium dini atau awal (initial stage)
Bentuk
garis pantai yang asli ini seolah-olah merupakan dataran pantai laut
yang terangkat secara langsung, teratur, dan berjalan secara
perlahan-lahan. Dengan demikian, kemiringannya ke arah laut sangat kecil
sekali atau landai. Kadang-kadang daerah ini merupakan daerah pasang
surut yang tergenang sewaktu terjadi pasang naik dan menjadi kering
kembali setelah berlangsungnya pasang surut. Di belakang daerah ini pada
umumnya terdapat dataran pantai yang datar dan rata.
Beberapa kenampakan yang terdapat pada pantai pada stadium ini diantaranya adalah:
1. Nip
Nip
merupakan pantai kliff yang tidak seberapa curam. Hal ini disebabkan
karena adanya kegiatan gelombang pada pantai yang sedang mengalami
pengangkatan.
2. Gosong lepas pantai (offshore bar)
Apabila
permukaan pantai yang datar ini agak jauh tenggelam ke arah laut, maka
apabila terjadi gelombang yang cukup kuat akan memecah agak jauh dari
pantai. Sekembalinya ke laut, gelombang ini akan pecah dan mengangkut
material lepas yang terdapat di dasar air laut tersebut. Kadang-kadang
pengangkutan material lepas tersebut dapat berasal dari arah daratan
karena naiknya gelombang yang cukup kuat. Proses ini kemudian membentuk
gosong lepas pantai yang agak kasar dan sejajar dengan garis pantai.
b. Stadium muda (youthful stage)
Pada
stadium ini, gosong lepas pantai dan pantai nip atau pantai rusak yang
asli terdiri dari bagian dalam dan luar yang keduanya merupakan hasil
pengikisan air.
Beberapa kenampakan yang dijumpai dalam stadium ini adalah:
1. Tasik (lagoon)
Tasik
merupakan laut kecil yang terdapat di antara garis pantai dan gosong
lepas pantai. Apabila sungai yang bermuara di laut banyak mengangkut
material batuan dari daratan, maka tasik tersebut akan tertutup oleh
material endapan tersebut, sehingga akhirnya akan bersatu dengan pantai.
Proses ini dibantu oleh kegiatan pasang-surut dan gelombang. Selain itu
proses ini dapat juga dibantu oleh angin yang membawa endapan
gumuk-gumuk pasir sehingga dapat menutupi tasik tersebut. Di Indonesia
gejala-gejala seperti ini banyak dijumpai di pantai selatan Parangtritis
Yogyakarta.
2. Teluk pasang-surut (tidal inlet)
Tidal
inlet merupakan teluk kecil yang terbentuk akibat kegiatan
pasang-surut. Pada saat terbentuknya gosong lepas pantai, ketinggiannya
sangat bervariasi. Aliran air akibat pasang-surut tersebut akan melalui
tempat-tempat yang rendah. Apabila aliran air pasang-surut tersebut sama
atau melebihi kekuatan gelombang, maka tempat-tempat yang lebih rendah
akan terbuka. Bekas-bekas atau tempat-tempat yang terbuka inilah yang
disebut teluk pasang-surut atau tidal inlet.
3. Gosong lepas pantai yang berpindah-pindah
Jika
gosong lepas pantai ini telah mencapai ukuran tertentu, maka akan
menjadi sasaran yang baik dalam pengikisan gelombang yang cukup kuat.
Pada mulanya akan terbentuk pengendapan baik ke daerah laut maupun ke
arah daratan dari datangnya gelombang. Erosi pada sisi luar dari ambang
kemungkinannya membawa dasar laut ke dasar gelombang (wave base).
Dasar
gelombang atau wave base merupakan kedalaman air dimana pengaruh atau
kekuatan gelombang sudah tidak terjadi lagi. Apabila ambang
berpindah-pindah ke arah daratan akan semakin kecil dan beberapa bagian
yang masih asliakan terangkut oleh arus bawah. Sebagian lagi dihanyutkan
oleh gelombang ke arah pantai. Demikian juga dengan tasik, tasik yang
terdapat di belakang ambang semakin menyempit karena tergali dari dalam
dan dihapuskan.
c. Stadium dewasa ( mature stage)
Pada
stadium ini, perkembangan garis pantai yang mengalami pengangkatan,
tasik, rawa-rawa, teluk pasang-surut, pantai kliff yang tidak terlalu
curam, serta gosong pantai telah banyak mengalami pengrusakan. Dalam
keadaan asli, lereng yang landai serta dataran rendah yang lembek dapat
tererosi ke bawah hingga ke dasar gelombang dan pada air dalam merupakan
tenaga perusak yang sangat kuat ke arah pantai atau pantai kliff yang
landai.
d. Stadium tua (old stage)
Secara
teoritis, kenampakan pantai yang terangkat pada stadium ini sama dengan
stadium dewasa. Garis pantai akan selalu terus mundur sebelum
pengikisan gelombang. Hasil pembuangan atau pengikisan dari daratan akan
segera diangkut oleh arus air dan diendapkan pada dasar laut yang
dalam.
E. PROSES TERBENTUKNYA PANTAI
Tenaga
yang mempengaruhi proses pembentukan pantai, baik secara langsung
maupun tidak langsung ada beberapa macam, yaitu gelombang laut, arus
litoral, pasang naik dan pasang surut, tenaga es, dan kegiatan organisme
laut.
1. Gelombang Air Laut
Gelombang
dapat terjadi dengan beberapa cara, misalnya longsoran tanah laut, batu
yang jatuh dari pantai curam, perahu atau kapal yang sedang lewat,
gempa bumi di dasar laut, dan lain sebagainya. Diantaranya adalah
gelombang yang disebabkan oleh angin. Angin akan berhembus dengan
kencang apabila terjadi ketidakseimbangan tekanan udara. Karena tekanan
yang tidak sama di permukaan air itulah yang menyebabkan permukaan air
berombak. Adanya gelombang ini sangat penting dalam perkembangan garis
pantai.
2. Arus Litoral
Selain
gelombang air laut, arus litoral juga merupakan tenaga air yang sangat
penting pengaruhnya dalam pembentuka garis pantai. Pengaruh arus litoral
terhadap perkembangan garis pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu tekanan atau kekuatan angin, kekuatan gelombang laut, kedalaman
air, dan bentuk pantainya. Apabila bentuk pantainya landai dan proses
pengendapannya cukup besar, maka arus litoral mempunyai pengaruh yang
sangat penting sebagai tenaga pengangkut. Pada daerah pantai yang
tersusun dari batuan yang tidak kompak, proses erosi akan bekerja sangat
intensif. Jika hasil pengendapan terangkut dari permukaan air yang
dangkal menuju permukaan air yang lebih dalam, maka arus litoral
merupakan tenaga yang sangat efektif dalam proses pengendapan di pantai.
3. Pasang Naik dan Pasang Surut
Pengaruh
pasang-surut yang terpenting terhadap pembentukan pantai adalah
naik-turunnya permukaan air laut dan kekuatan gelombangnya. Apabila
gelombang besar terjadi pada saat pasang naik akan merupakan tenaga
perusak yang sangat hebat di pantai. Arus air yang ditimbulkan oleh
pasang naik dan pasang surut akan bergerak melalui permukaan terbuka dan
sempit serta merupakan tenaga pengangkut endapan daratan yang sangat
intensif.
4. Tenaga Es
Pengaruh
tenaga es yang terpenting yaitu adanya pengkerutan es dan pemecahan
atau pencairan es. Air yang berasal dari bawah akan naik dan mengisi
celah-celah dan akhirnya akan membeku. Apabila terjadi perubahan iklim,
maka es akan mencair sehingga permukaan airnya akan bertambah besar.
5. Organisme
Jenis
binatang laut yang sangat penting dalam proses pembentukan garis pantai
beserta perubahannya salah satunya yaitu binatang karang. Binatang
karang yang paling banyak membentuk batuan karang ialah golongan polyps.
Polyps merupakan jenis binatang karang yang sangat kecil yang hidup
dengan subur pada air laut yang memiliki kedalaman antara 35-45 meter.
Jenis makhluk hidup lain yang berpengaruh pada perkembangan pantai ialah tumbuh-tumbuhan ganggang (algae). Ganggang merupakan jenis mikro flora yang dapat membantu pengendapan dari larutan yang mengandung kalsium karbonat menjadi endapan kapur.
Jenis makhluk hidup lain yang berpengaruh pada perkembangan pantai ialah tumbuh-tumbuhan ganggang (algae). Ganggang merupakan jenis mikro flora yang dapat membantu pengendapan dari larutan yang mengandung kalsium karbonat menjadi endapan kapur.
0 komentar:
Posting Komentar