I. PENDAHULUAN
A. Sejarah
Singkat
Padi
merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal
dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti
sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah
dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di
Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa
wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
B. Jenis
Tanaman
Klasifikasi
botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas :
Monotyledonae
Keluarga :
Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza
spp.
Terdapat
25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua
subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di
dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
Varietas padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan yang masih diminati oleh
petani karena daya adaptifnya yang baik antara lain : varietas Buyung, Cantik,
Katumping, Sabai dan Sasak Jalan. Demikian pula di Sumatera varietas lokal
seperti Arias, Simaritik, Napa, Jangkong, Klemas, Gando, Seratus Malam, dll.
Varietas-varietas lokal
umumnya
selain berumur panjang, potensi hasilnya rendah sekitar 2 ton GKG/ha. Namun
kelebihannya varietas lokal mempunyai rasa enak yang sesuai dengan etnis daerah
setempat.
Selain itu
varietas lokal toleran terhadap keadaan lahan yang marjinal, tahan terhadap
beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida) yang
rendah, serta
pemeliharaan
mudah dan sederhana.
Varietas
unggul padi gogo telah dilepas sejak tahun 1960-1994. Varietas Danau Atas, Danau
Tempe dan Laut Tawar merupakan varietas yang cocok dibudidayakan pada lahan
podsolik merah kuning. Varietas Gajah Mungkur dan Kalimutu yang dilepas tahun
1994 cocok
dikembangkan
pada lahan-lahan kering yang tersebar di kawasan Nusa Tenggara.
C. Manfaat
Tanaman
Beras
merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara Asia.
Negaranegara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi
beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu
jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani.
D. Sentra
Penanaman
Pusat
penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,
Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen
padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi
padi nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi
nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi
Jawa Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang
berarti. Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang
meliputi area panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif,
hasil padi gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik
hasil padi sawah mencapai 6-7 ton/ha.
E. Syarat
Pertumbuhan
Pada
dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat
dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang
paling penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor tersebut.
Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis tanah.
Sedangkan persyaratan utama untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah dan
iklim yang sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan budidaya padi gogo. Hal ini disebabkan kebutuhan
air untuk padi gogo hanya mengandalkan curah hujan.
1. Iklim
Padi
gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya
mengandalkan
curah hujan. Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai
daratan
tinggi. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450 LU sampai 450 LS dengan
cuaca
panas dan
kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah
200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat
ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat
asalkan air
irigasi
selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun
karena
penyerbukankurang
intensif. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan
temperature
22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperature
19-230C.
Tanaman
padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. Di Indonesia memiliki
panjang radiasi matahari ± 12 jam sehari dengan intensitas radiasi 350
cal/cm2/hari pada musim penghujan. Intensitas radiasi ini tergolong rendah jika
dibandinkan dengan daerah sub tropis yang dapat mencapai 550 cal/cm2/hari.
Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang
akan merobohkan tanaman.
2. Tanah
Padi
gogo harus dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak
begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Sedangkan yang
lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil adalah sifat fisik, kimia dan
biologi tanah atau dengan kata lain kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman
yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian
mineral, 5% bahan organik, 25% bagian air, dan 25% bagian udara, pada lapisan
tanah setebal 0 – 30 cm.
Struktur
tanah yang cocok untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang remah. Tanah
yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus
sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya
tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman (pH) tanah bervariasi
dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH tanah yang lebih
rendah
pada umumnya dijumpai gangguan kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al.
sedangkan
bila pH
lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn.
A.
Pemilihan Varietas
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menentukan varietas padi gogo untuk diusahakan di
suatu daerah antara lain adalah;
1.
Kesesuaiannya terhadap lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, iklim),
2. Umur
tanaman yang erat kaitannya dengan curah hujan yang ada dan pola tanam,
3.
Ketahanan terhadap hama dan penyakit,
4.
Produktivitas.
Sedangkan
syarat benih yang baik:
a) Tidak
mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang.
b) Warna
gabah sesuai aslinya dan cerah.
c) Bentuk
gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.
d) Daya
perkecambahan >80%.
B.
Pengolahan Lahan
Pengolahan
tanah untuk pertanaman padi gogo dimulai sebelum atau menjelang musim
penghujan.
Pengolahan tanah dilakukan sesuai kondisi lahan. Pada prinsipnya pengolahan
tanah
dilakukan
untuk menciptakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, yaitu
menciptakan keseimbangan antara padatan, aerasi dan kelembaban tanah. Ada lahan
yang perlu
pengolahan
tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan tidak perlu pengolahan tanah
(zerro
tillage) seperti
tanah podzolik merah Kuning di Sumatra yang memiliki tingkat kemiringan >
10%.
Karena jika dilakukan pengolahan tanah justru akan merugikan disamping menambah
biaya juga menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi sehingga kesuburannya
menurun.
Demikian
pula hasil padi yang diperoleh antara sistem olah tanah sempurna dengan oleh
tanah minimum tidak berbeda nyata, sehingga sistem olah tanah minimum lebih
ekonomis. Cara
pengolahan
tanah adalah sebagai berikut:
1. Lahan
dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil memperbaiki pematang dan
saluran
drainase.
2. Tanah
dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
3.
Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20
ton/ha.
4. Untuk
menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan.
5. Tanah
dibiarkan sampai hujan turun.
Dalam
budidaya tanpa olah tanah untuk mengendalikan gulma digunakan herbisida.
Sebelum aplikasi herbisida dilakukan, gulma (terutama alang-alang) direbahkan
atau dibakar terlebih dahulu, setelah tumbuh sekitar 60 cm (tidak sedang
berbunga) baru diadakan penyemprotan. Takaran herbisida jenis Roundup antara
5-6 l/ha dengan pelarut air antara 200-800 l/ha.
C. Waktu
tanam
Penaman
yang baik dilakukan setelah terdapat 1 – 2 kali hujan, awal musim penghujan
(Oktober – Nopember). Bahkan ada petani yang telah menebar benih pagi gogo sebelum
hujan turun atau yang lebih dikenal dengan sistem Sawur tinggal. Sistem
tanam sawur tinggal dapat dianjurkan pada daerah-daerah yang memiliki
curah hujan sedikit (bulan basah antara 3 – 4 bulan) per tahun dan sulit
mendapatkan tenaga kerja.
D. Penanaman
Penanaman
padi gogo pada dasarnya dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu :
1. Cara tanam disebar
Cara tanam
ini dilakukan dengan menyebar rata diatas permukaan tanah atau lahan yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu. Kebutuhan benih pada cara ini biasanya lebih
banyak dibandingkan cara yang lain, yaitu berkisar 60 – 70 kg/ha. Cara tanam
ini mempunyai keuntungan tenaga kerja tanam yang dibutuhkan sedikit. Kelemahan
dari cara ini antara lain :
¬
Memerlukan benih lebih banyak
¬ Resiko
benih dimakan hama lebih tinggi, karena di permukaan
¬ Tanaman
lebih peka terhadap kekeringan atau kekurangan air.
¬ Resiko
benih hanyut jika terjadi hujan lebat lebih tinggi
¬ Lebih
sulit dalam perawatan, termasuk pengendalian gulma.
Untuk
mengurangi resiko atau kelemahan tersebut maka perlu dilakukan antisipasi
seperti pembuatan saluran drainase atau parit-parit sehingga terbentuk
bedeng-bedeng untuk mencegah genangan air. Guna mengendalikan rumput sebaiknya
diaplikasikan herbisida pra tumbuh sebelum sebar benih. Penggunaan seed
treatment untuk menanggulangi hama.
2. Cara tanam alur
Lahan yang
telah dipersiapkan dibuat alur-alur sedalam 3 – 4 cm, dengan jarak antar alur
20 – 25 cm. Kemudian dalam alur tersebut disebarkan benih padi secara iciran,
artinya benih padi dijatuhkan secara manual dengan tangan dan diatur sedemikian
rupa sehingga benih jatuh dalam alur tersebut secara merata. Setelah itu benih
dalam alur ditutup kembali dengan tanah. Kebutuhan benih cara tanam alur ini
berkisar antara 40 – 50 kg/ha, jadi lebih sedikit dibandingkan dengan sistem
sebar.
3. Cara tanam tugal
Pada cara
tanam ini lahan yang sudah siap dibuat lubang-lubang tanam dengan menggunakan tugal.
Pada umumnya untuk pertanaman padi gogo menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Setelah
lubang bekas tugal terbentuk kemudian 2 – 3 butir benih dimasukkan ke dalam
setiap lubang tanam dan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah. Sebaiknya
sebelum ditanam benih direndam sekitar 6 – 12 jam, kemudian dikeringanginkan
sekitar 6 – 12 jam. Pada cara tanam dengan tugal ini kebutuhan benihnya ± 30
kg/ha, dan perawatan tanaman akan lebih mudah.
Oleh
karena itu cara ini yang paling banyak dipraktekkan oleh petani meskipun
memerlukan tenaga kerja tanam lebih banyak dibandingkan cara sebat atau alur. Jarak
tanam atau jarak antar larik dan jumlah benih/lubang/ha sangat tergantung pada
tingkat kesuburan tanah dan kualitas benih yang ditanam. Semakin subur tanah,
jarak tanam dapat semakin rapat. Demikian pula, semakin baik kualitas benih,
maka semakin sedikit jumlah benih yang diperlukan. Jarak tanam, jumlah benih
dan cara tanam dapat berpengaruh terhadap hasil padi gogo di lahan kering.
E.
Pemeliharaan
1.
Penyiraman
Penyulaman
Padi Gogo dilakukan pada umur 1-3 minggu setelah tanam.
2.
Penyiangan
Dilakukan
secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu tanaman berumur
3-4 minggu dan 8 minggu. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama
dan 1-2 minggu sebelum muncul malai.
3.
Pemupukan
Pupuk
yang digunakan dalam budidaya padi gogo sebaiknya dikombinasikan antara pupuk organik
dan pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik (pupuk kandang atau kompos), dapat
memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Sedangkan pemberian pupuk anorganik
yang dapat menyediakan hara dalam waktu cepat, pada dosis yang sesuai kebutuhan
tanaman berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil.
Pupuk
organik diaplikasikan pada saat penyiapan lahan. Pupuk ini dipakai untuk
meningkatkan kandungan C organik tanah dan meningkatkan kehidupan
mikroorganisme tanah. Dosis pupuk pada pertanaman padi gogo harus disesuaikan
dengan tingkat kesuburan tanahnya. Jenis pupuk anorganik yang diberikan berupa
150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan
saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8 minggu setelah tanam. Pupuk urea ,
TSP maupun KCl sebaiknya diberikan dalam alur atau ditugal kemudian ditutup kembali
dengan tanah untuk mencegah kehilangan unsurnya.
4.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
a. Pengendalian gulma
Gulma yang
tumbuh pada pertanaman padi gogo di lahan kering dapat digolongkan menjadi golongan
gulma berdaun lebar, golongan rumput dan golongan teki. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa akibat pengendalian gulma yang terlambat satu bulan dapat menurunkan hasil
sampai 17% (Lamid, Z.1984). Pengendalian gulma dilakukan secara kultur teknis
dan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida. Secara mekanis gulma dapat
dikendalikan dengan menggunakan cangkul atau kored. Pelaksanaannya dilakukan
pada saat tanaman berumur 14 – 28 hari dan 60 hst. Sedangkan untuk mengendalikan
gulma secara kimiawi dengan herbisida, dapat mengikuti petunjuk dari hasil Penelitian
Puslitbangtan Bogor tentang jenis herbisida yang dapat digunakan untuk
pertanaman padi gogo seperti Satunil 60 EC, Ronstar 25 EC dan Gasafax 80 WP
b. Hama tanaman padi gogo
1) Hama
lalat bibit
Lalat
bibit (Atherigona oryzae) termasuk hama penting pada padi gogo. Larva
dari lalat ini menimbulkan kerusakan pada tanaman muda. Larva menyerang anakan
tanaman padi yang sedang tumbuh, sehingga anakan mati seperti terserang sundep.
Anakan yang dapat bertahan daunnya cacat dan mudah sobek dan pada umumnya tanaman
yang terserang hama ini dapat sembuh, tetapi akan terlambat masak sekitar 7 –
10 hari.
Pengendalian
secara kultur teknis dapat dilakukan dengan penanaman padi gogo pada awal musim
hujan. Penggunaan varietas yang tahan seperti Arias, Seratus Malam Danau atas
juga dapat dilakukan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan seed
treatment menggunakan Larvin 75 WP atau Marshall 25 ST. Sedangkan setelah
tanaman berumur 7 hari dapat dilakukan penyemprotan dengan Dekasulfan 350 EC.
2) Hama
lundi
Hama lundi
(Phillophaga helleri) atau lebih dikenal dengan hama uret termasuk hama
penting pada pertanaman padi gogo. Stadia yang merusak dari hama lundi adalah
larvanya. Untuk hidupnya, hama ini membutuhkan kelembaban tanah yang tinggi.
Disamping itu hama lundi menyukai tanaman yang berakar serabut. Pemakaian bahan
organik juga dapat mendorong hama lundi, karena larva yang baru menetas akan
makan bahan organik yang ada di dalam tanah.
Tanaman
padi yang terserang menjadi kerdil dan kayu. Pengendalian hama lundi secara
kultur teknis dapat dilakukan dengan penundaan pengolahan tanah sampai kumbang
dewasa selesai bertelur, yaitu kira-kira terjadi setelah 3 minggu turun hujan.
Dengan pengolahan tanah yang dalam, telur dan larva akan terangkat ke permukaan
tanah sehingga dapat dirusak oleh sinar matahari atau musuh alaminya.
Insektisida yang efektif untuk hama lundi adalah Furadan atau Dharmafur 3 G
yang diberikan dekat alur tanaman pada saat tanam dengan dosis 10 kg/ha.
3) Hama
wereng coklat
Wereng
penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng
padi berpunggung putih (Sogatella furcifera). Merusak dengan cara
mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling ditakuti oleh petani
di Indonesia. Wereng ini dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi
kuning dan mengering, sekelompok tnaman seperti terbakar, tanaman yang tidak
mengering menjadi kerdil. Pengendalian:
(1) bertanam padi
serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR 64,
Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti
laba-laba, kepinding dan kumbang lebah;
(2) penerapan pola tanam, jangan menanam padi
lebih dari 2 kali musim tanam pertahun
(3) pembajakan
sisa-sisa panen dengan segera
(4) pemberian pupuk
nitrogen secara bertahap.
Pengendalian secara
kimiawi dapat dilakukan dengan penyemportan insektisida Applaud 10 WP, Applaud
400 FW atau Applaud 100 EC dengan dosis sesuai petunjuk pada label.
4) Walang sangit (Leptocoriza
acuta)
Menyerang
buah padi yang masak susu dengan cara menghisap cairan di dalamannya. Gejala:
dan menyebabkan buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna
coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi
berbintik-bintik hitam. Pengendalian:
(1) bertanam
serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan dan memunahkan telur, melepas
musuh alami seperti jangkrik;
(2) menyemprotkan
insektisida Bassa 50 EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP, Kiltop 50 EC.
5) Hama
tikus (Rattus argentiventer)
Tanaman
padi akan mengalami kerusakan parah apabila terserang oleh hama tikus dan menyebabkan
penurunan produksi padi yang cukup besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan
buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan
hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman,
sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu,
penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur, memberikan umpan beracun
seperti seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau beras.
c. Penyakit tanaman padi gogo
1)
Bercak daun coklat
ϖ
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae).
ϖ Gejala: menyerang
pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah.
Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering,
biji kecambah busuk dan kecambah mati.
ϖ Pengendalian: (1)
merendam benih di dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi
tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2)
dengan insektisida Rabcide 50 WP.
2) Blast
ϖ Penyebab: jamur Pyricularia
oryzae.
ϖ Gejala: menyerang
daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun,
gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses
pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.
ϖ Pengendalian: (1)
membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varietas unggul yang
tahan (laut tawar, IR 43, danau atas, dll); (2) pemberian pupuk berimbang,
khusuasya antara nitrogen dan fosfat di saaat pertengahan fase
vegetative dan fase pembentukan bulir; (3) pergiliran varietas (4)
menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS
atau Rabcide 50 WP.
3) Penyakit garis
coklat daun (Narrow brown leaf spot,)
ϖ Penyebab: jamur
Cercospora oryzae.
ϖ Gejala: menyerang
daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau bercak-bercak sempit memanjang
berwarna coklat sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat.
ϖ Pengendalian: (1)
menanam padi tahan penyakit ini seperti Citarum, mencelupkan benih ke dalam
larutan merkuri; (2) menyemprotkan fungisida Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX
200.
4) Busuk pelepah daun
ϖ Penyebab: jamur
Rhizoctonia sp.
ϖ Gejala: menyerang
daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk
anakan dan menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu
merugikan secara ekonomi.
ϖ Pengendalian: (1)
menanam padi tahan penyakit ini; (2) menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan
anakan seperti Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.
5) Penyakit fusarium
ϖ Penyebab: jamur
Fusarium moniliforme.
ϖ Gejala: menyerang
malai dan biji muda, malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat,
daun terkulai, akar membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak
terlalu parah.
ϖ Pengendalian:
merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan merkuri.
6) Penyakit noda/api
palsu
ϖ Penyebab: jamur
Ustilaginoidea virens.
ϖ Gejala: malai dan
buah padi dipenuhi spora, dalam satu malai hanya beberap butir saja yang terserang.
Penyakit tidak menimbulkan kerugian besar. Pengendalian: memusnahkan malai yang
sakit, menyemprotkan fungisida pada malai sakit.
5. Panen
Umur
panen padi gogo bervariasi tergantung varietas dan lingkungan tumbuh. Panen
sebaiknya dilakukan pada fase masak panen yang dicirikan dengan kenampakkan
>90% gabah sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai
masih terdapat sedikit gabah hijau dan kadar air gabah 21-26 %. Panen yang
dilakukan pada fase masak lewat panen, yaitu pada saat jerami mulai mengering,
pangkal mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah yang rontok saat dipanen.
Sebelum
pemanenan, dilakukan pengeringan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam
untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat
yang dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper
binder panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar, sedangkan
dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1
hektar. Perontokan hasil panen menggunakan pedal thresher. Perontokan dengan
pengebotan (memukul-mukul batang padi pada papan) sebaiknya dihindari karena
kehilangan hasilnya cukup besar, bisa mencapai 3,4%. Kegiatan yang dilakukan pasca
panen seperti berikut :
1. Perontokan.
Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (±60 jam orang untuk
1 hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua
kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat
dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam
orang untuk 1 hektar hasil panen.
2. Pembersihan.
Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar kotoran
tidak boleh lebih dari 3 %.
3. Jemur gabah selama
3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14%. Secara tradisional padi
dijemur di halaman. Jika menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin
daripada dijemur di halaman.
4. Penyimpanan. Gabah
dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari beras karena dapat tertulari
hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).
A.
Kesimpulan
Padi
gogo merupakan jenis padi yang dibudidayakan pada lahan marginal atau lahan
kering dimana pemenuhan kebutuhan air tanaman tergantung pada hujan yang turun
(tadah hujan). Oleh karena itu penaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1 –
2 kali hujan, awal musim penghujan (Oktober – Nopember) agar kebutuhan air
teerpenuhi. Padi ini pada umumnya lebih banyak diusahakan di daerah-daerah di
luar Pulau Jawa, terutama Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara karena
sebagian besar wilayah ini berbukit-bukit dan merupakan jenis lahan kering.
Pada
dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi
oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling
penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor tersebut. Tanaman
padi gogo dapat tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis tanah.
Ada
lahan yang perlu pengolahan tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan
tidak perlu pengolahan tanah (zerro tillage). Pengolahan tanah yang
sempurna justru merugikan, karena disamping menambah biaya juga menyebabkan
tanah lebih peka terhadap erosi sehingga kesuburannya menurun. Demikian pula
hasil padi yang diperoleh antara sistem olah tanah sempurna dengan oleh tanah
minimum tidak berbeda nyata, sehingga sistem olah tanah minimum lebih ekonomis.
B. Penutup
Dalam peningkatan ketahan pangan nasional, peran
padi gogo tidak kalah pentingnya. Meskipun memiliki umur yang lebih panjang,
namun dari segi kualitas hasil tidak kalah dengan jenis padi sawah. Agar
diperoleh hasil yang maksimal, maka budidaya secara intensif perlu dilakukan sehingga
kegiatan ladang secara berpindah dapat ditekan perkembangannya terutama untuk
di da
0 komentar:
Posting Komentar